A.
Riwayat
Hidup Jean Piaget
Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1898 di Neuchatel, Swiss.
Ayahnya adalah seorang ahli
sejarah
dengan
spesialisasi
abad
pertengahan. Ibunya adalah seorang yang dinamis, inteligens. Sewaktu mudahnya, ia tertarik pada alam dan senang mengamati burung-burung, ikan, dan binatang
lainnya di alam bebas,
sehingga akhirnya
tertarik
pada pelajaran biologi
di
sekolah. Sejak
umur 10 tahun ia telah menerbitkan karangan pertamanya tentang burung “Pipit Albino” pada majalah ilmu pengetahuan alam. Pada umur 15 tahun ia menolak
tawaran sebagai curator koleksi moluska di museum Ipa di Geneva,
karena ingin menyelesaikan sekolah menengahnya.
Pada tahun 1916, Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana bidang biologi di Universitas Neuchatel. Pada usia
21 tahun ia telah menyelesaikan disertasi tentang
moluska dan memperoleh gelar doctor filsafat. Setelah menyelesaikan pendidikan formal,
Piaget memutuskan
untuk mendalami psikologi di Zurich. Pada
tahun 1919, ia meninggalkan Zurich dan pergi ke
Paris. Selama
dua tahun, ia tinggal di
Universitas Sorbonne,
belajar psikologi
klinis,logika, serta
epistemology. Pendalamnya tentang
filsafat meyakinkannya bahwa perlunya
pemikiran spekulasi murni
dilengkapi dengan
pendekatan ilmu pengetahuan yang faktual.
Pada tahun 1920, Piaget bekerja bersama Dr. Theophile
Simon di laboratorium Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran yang kemudian diujikan. Dari hasil uji yang diperolehnya, ia menyimpulkan bahwa
perbedaan jawaban yang
ada disebabkan oleh perbedaan intelegensi peserta. Berdasarkan
pengalaman membuat tes tersebut,
Piaget mendapatkan tiga pemikiran penting yang mempengaruhi berpikirnya dikemudian hari. Pertama,
Piaget melihat bahwa anak yang berbeda umurnya menggunakan cara berpikir
yang bebeda. Inilah yang mempengaruhi pandangan Piaget mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak. Kedua, metode klinik digunakannya untuk mengorek pemikiran anak secara lebih mendalam. Metode inilah yang
dikembangkan Piaget dalam studinya tentang perkembangan
kognitif
anak. Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak
mungkin relevan untuk mememahami
pemikiran
anak. Menurutnya,
operasi-operasi logika yang ada
dalam pemikiran deduksi berkaitan dengan struktur mental tertentu dalam diri anak.
Ia
mencoba untuk menemukan
bagaimana
pemikiran
sangat
berkaitan
dengan logika. Ciri pemikiran
deduksi logis (abstrak
dan hipotesis) ini menjadi salah satu ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan tahap-tahap perkembangan kognitif anak.
Pada tahun 1921, Piaget diangkat sebagai direktur
penelitian di Institut
Jean-Jacques Rousseu di Geneva. Di situ ia memperole kesempatan untuk mempelajari
pemikiran anak. Hasil penelitiannya
banyak dipublikasikan
pada tahun 1923-1931. Selama penelitian, Piaget semakin yakin akan adanya
perbedaan antara proses pemikiran anak dengan orang
dewasa. Ia yakin bahwa anak
bukan merupakan suatu tiruan (replika) dari orang dewasa. Anak buka hanya berpikir
kurang
efisien dari
orang dewasa,
melainkan berpikir
secara
berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap
perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa. Piaget
juga mencoba menemukan
sebab-musabab perkembangan kognitif.
Pada tahun 1920-1930,
Piaget meneruskan penelitiannya dalam bidang perkembangan kognitif
anak. Bersama dengan istrinya, ia
meneliti ketiga anaknya
sendiri yang lahir pada tahun 1925, 1927, dan 1931. Hasil pengamatan terhadap
anak-anaknya ini dipublikasikan dalam The Original of Intelligence in Children
dan the Consruction of Reality tentang tahap sensorimotor. Studinya tentang masa
kanak-kanak meykinkan Piaget bahwa pengertian dibentuk dari tindakan anak dan bukan dari bahasa anak.
Pada tahun 1940-an, Piaget tertarik
untuk meneliti persepsi psikologi Gestalt. Ia memperluas pengertian persepsi
tidak
hanya sebagai suatu proses
tersendiri, tetapi juga berhubungan dengan inteligensi. Sejak tahun 1943, Piaget dengan teman-temannya menerbitkan banyak buku dan laporan tentang persepsi.
Puncaknya adalah buku The
Mechanism of Perception pada tahun 1961. buku ini
menjelaskan tentang
struktur, proses, serta relasi antara pesepsi dengan inteligensi seseorang. Atas anjuran Einstein, pada tahun 1940 Piaget meneliti tentang pengertian anak tentang
waktu, kecepatan, dan gerak. Sebagai hasil penelitian tersebut, ia mempublikasikan dua buku, The Child’s Conception of Time
dan The Child’s of Movement
and Speed. Sesudah perang dunia kedua, penghargaan akan karya Piaget mulai tersebar ke seluruh dunia. Ia menerima gelar kehormatan dari banyak Universitas, seperti Universitas Harvard di Cambridge, Universitas Sorbonne
di Paris, dan
beberapa Universitas di Belgia dan Brasilia.
Pada
tahun 1950, Piaget banyak meneliti dan menulis tentang perkembangan inteligensi manusia. Ia
juga mangaplikasikan hasil penemuan
psikologis tersebut dalam persoalan epistemology. Ditahun yang sama, ia
mempublikasikan seri epistemology genetic. Buku ini merupakan sintesis
pemikirannya akan beberapa aspek pengetahuan, termasuk matematika, fisika, psikologi, sosiologi, biologi,
dan logika.
Di
antara
tahun 1950-1960 , Piagat
banyak mempublikasikan bukunya terutama berisi tentang
perkembngan kognitif.
Hingga pada tahun 1969, Piaget menerbitkan “The Psychology of the
Child” yang
diperuntukkan bagi kalangan umum yang ingin mengetahui pemikirannya. Ini adalah
semacam ringkasan
teori Piaget tentang perkembangan intelektual
dan persepsi. Pada tahun yang sama, ia juga menerbitkan “Mental Imaginary in the
Child”. Buku ini menjelaskan perkembangan gambaran mental dan hubungannya dengan perkembangan inteligensi. Pada tahun 1967, ia
mempublikasikan
“Biology and Knowledge”,sebuah buku yang
berkaitan dengan hubungan antara faktor biologi dengan
proses kognitif.
Piaget
pensiun dari Institut
Rousseau pada tahun 1971.
meskipun
demikian, ia
tetap aktif menulis dan menerbitkan banyak buku. Piaget meninggal
pada tanggal 16 September 1980
di Geneva.
B.
Konsep
dalam Teori Jean Piaget
1.
Intelegensi
Piaget mengartikan
intelegensi secara lebih luas,
juga tidak mendefinisikan
secara ketat.
Ia memberikan
definisi umum yang lebih
mengungkap orientasi
biologis.
Menurutnya,
intelegensi adalah
suatu
bentuk ekuilibrium kearah
mana semua struktur yang menghasilkan
persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan.
2.
Organisasi
Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk
semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis
dalam suatu sistem yang
lebih tinggi.
3.
Skema.
Skema adalah suatu struktur mental seseorang
dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema
akan beradaptasi dan berubah
selama perkembangan kognitif seseorang.
4.
Asimilasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya.
5.
Akomodasi.
Akomodasi adalah pembentukan skema
baru atau mengubah skema
lama
sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan
rangsangan yang ada.
6.
Ekuilibrasi.
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi
dan akomodasi, ekuilibrasi dapat
membuat
seseorang menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
C.
Teori
Jean Piaget
1.
Tahap Perkembangan Kognitif.
Menurut Piaget, tahap perkembangan inteluektual anak
secara kronologis terjadi 4
tahap.
Urutan tahap-tahap ini tetap
bagi setiap orang,
akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud
adalah
sebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor :
umur 0 – 2 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan
inderanya
serta mempelajari permanensi obyek)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir
sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada
tahap
sensorimotor,
intelegensi
anak lebih didasarkan
pada tindakan
inderawi anak terhadap
lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak,
mendengar, membau dan lain-lain.
Pada
tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda
berkembang
dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak
tentang
ruang
dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu
belum jelas dan masih terpotong-potong, belum
dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis. Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan
proses asimilasi dan akomodasi.
Tahap-tahap perkembangan kognitif anak
dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi
terhadap skema-skema anak
karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget membagi tahap
sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
1)
Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode
refleks. Ini
berkembang sejak
bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode
ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak
terbedakan. Tindakan seorang
bayi didasarkan pada adanya
rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
2)
Periode 2 : Kebiasaan (umur
1 – 4 bulan)
Pada
periode
perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-
kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan
mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat
diasimilasikan dengan skema yang
telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang
bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam
benda yang
dipegangnya. Pada
periode
ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia
juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama.
Ini
merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan
konsep benda.
3)
Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin
berorientasi pada
objek dan kejadian
di
luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada
periode
ini,
seorang bayi juga menciptakan
kembali kejadian-
kejadian yang menarik
baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak
dihadapkan pada sebuah benda
yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat
dan
tidak mau memperhatikan agak
lama. Oleh Piaget, ini diartikan
sebagai suatu “pengiaan” akan arti
benda itu seakan ia mengetahuinya.
4)
Periode 4 : Koordinasi
Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang
bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk
mencapai suatu
hasil. Sarana-sarana yang
digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil
diperoleh dari koordinasi skema-skema yang
telah ia ketahui. Bayi mulai
mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya
telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode
ini, seorang
bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda.
Dari kenyataan bahwa dari seorang
bayi dapat mencari benda yang
tersembunyi,
tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.
5)
Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba
(eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak
dipecahkan dengan skema yang
ada, anak
akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error
untuk menemukan cara yang
baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya
dan mengamati
bagaimana benda-benda
di
sekitarnya
bertingkah laku
dalam situasi yang
baru. Menurut Piaget, tingkah anak
ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk
memecahkan persoalan yang
baru. Pada periode ini pula, konsep anak
akan benda mulai
maju dan lengkap. Tentang
keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila
benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.
6)
Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode
terakhir
pada
tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang
tidak hanya berdasarkan rabaan fisis
dan eksternal,
tetap
juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini,
anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor
ke intelegensi refresentatif. Secara
mental,
seorang anak
mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan
dapat
menyelesaikan
suatu persoalan dengan gambaran
tersebut. Konsep
benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk
mencari
dan menemukan
objek-objek
yang tersembunyi.
Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda
sehingga dapat
mencarinya secara masuk akal
bila benda itu tidak
kelihatan
lagi.
Karakteristik anak
yang berada pada tahap ini adalah
sebagai
berikut:
a)
Berfikir melalui
perbuatan (gerak)
b)
Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai
ia dapat
berjalan dan
bicara.
c)
Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d)
Cenderung intuitif egosentris,
tidak rasional
dan tidak logis.
b. Tahap Pra operasional : umur 2 -7
tahun.
(Ciri pokok
perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan
konsep
intuitif
Istilah “operasi”
di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit
menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan
alami juga menjadi
pikiran
dan pengalaman orang lain. Mereka
percaya
bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai
sifat
bernyawa.
Tahap pra
operasional ini dapat dibedakan atas dua
bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar
dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif
(4-7 tahun). Pada
tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak
kepada penalaran.
Karakteristik anak pada tahap
ini adalah sebagai berikut:
a)
Anak
dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi
egois. Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh
orang lain.
b)
Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang
dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat
irreversible.
c)
Anak belum mampu
melihat dua
aspek dari
satu objek
atau
situasi sekaligus, dan belum
mampu bernalar (reasoning) secara individu dan
deduktif.
d)
Anak
bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak
juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti
berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi mereka.
e)
Anak
belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f)
Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa
yang mereka percayai.
Anak dapat
mengklasifikasikan
objek ke dalam kelompok yang
hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai
mengerti
konsep yang konkrit.
c. Tahap operasi kongkret :
umur
7 – 11/12 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian
konkret)
Tahap operasi
konkret (concrete operations)
dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat
reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada
awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan
apa-apa yang
kelihatan
nyata/konkret.
Ciri-ciri operasi konkret
yang lain, yaitu:
a)
Adaptasi
dengan gambaran yang menyeluruh.
Pada tahap ini, seorang
anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi
dengan
lingkungan disatukan
dengan gambaran
akan lingkunganitu.
b)
Melihat
dari berbagai macam segi.
Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu
objek atau
persoalan secara sediki
menyeluruh
dengan
melihat apek-aspeknya. Ia
tidak hanya memusatkan pada titik
tertentu, tetapi dapat bersam-sam
mengamati
titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
c)
Seriasi
Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur
menurut semakin besar
atau semakin kecilnya
unsur-unsur
tersebut. Menurut Piaget , bila
seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak
akan mengalami banyak kesulitaan untuk
membuat
seriasi selanjutnuya.
d)
Klasifikasi
Menurut
Piaget,
bila anak
yang berumur
3
tahun
dan 12 tahun
diberi bermacam-maam objek
dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa
menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi
e)
Bilangan
Dalam
percobaan
Piaget,
ternyata anak pada
tahap praoperasi
konkret belum
dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun
pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal
karespondensi dan
kekekalan dengan
baik. Dengan
perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan
bagi
anak telah
berkembang.
f)
Ruang,
waktu,
dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan
ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak
sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
g)
Probabilitas
Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang
mulai
terbentuk.
h)
Penalaran
Dalam
pembicaraan sehari-hari, anak pada
tahap
ini
jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang
terjadi. Pada tahap
ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
i)
Egosentrisme
dan Sosialisme.
Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam
pemikirannya. Ia
sadar bahwa orang lain dapat
mempunyai pikiran lain.
d. Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
(Ciri
pokok perkembangannya
adalah hipotesis, abstrak, dan
logis)
Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam
perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada
tahap ini, seorang remaja sudah
dapat
berpikir logis, berpikir
dengan
pemikiran
teoritis
formal
berdasarkan proposisi-proposisi
dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat
diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.
Sifat
pokok tahap
operasi formal adalah pemikiran
deduktif hipotesis,
induktif sintifik,
dan
abstrak reflektif.
1)
Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-
premis yang
dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis
adalah alasan/argumentasi
yang berkaitan dengan kesimpulan
yang ditarik dari premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak
perlu berdasarkan
dengan kenyataan yang real.
Dalam pemikiran
remaja,
Piaget
dapat mendeteksi
adaanya pemikiran
yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu
atau belum menyadari bahwa cara
berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain,
model
logis
itu lebih merupakan hasil
kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu
atau
tidak.
2)
Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang
lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini
disebut juga
dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat
membuat hipotesis,
menentukan
eksperimen, menentukan
variabel control,
mencatat hasi, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat
memikirkan
sejumlah
variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
3)
Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut
Piaget, pemikiran
analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena
pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.
2.
Teori
Pengetahuan.
Berdasarkan pengalamannya sejak
masa kanak-kanak,
Piaget
berkesimpulan bahwa setiap makhluk
hidup memang perlu beradaptasi dengan
lingkungannya untuk dapat melestarikan kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup,
maka manusia
juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal
ini,
Piaget
beranggapan
bahwa perkembangan
pemikiran manusia
mirip
dengan
perkembangan
biologis, yaitu
perlu
beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah teori adaptasi
pikiran ke dalam
suatu realitas, seperti organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya.
a. Teori Adaptasi
Piaget
Menurut
Piaget,
mengerti adalah
suatu proses adaptasi intelektual dimana pengalaman dan ide baru diinteraksikan dengan apa yang
sudah diketahui untuk membentuk struktur pengertian yang
baru. Setiap orang mempunyai struktur pengetahuan awal (skema) yang berperan sebagai suatu filter atau fasilitator terhadap
berbagai ide dan pengalaman yang
baru. Melalui kontak
dengan
pengalaman baru,skema dapat
dikembangkan
dan
diubah, yaitu dengan proses
asimilasi dan akomodasi. Skema seseorang selalu dikembangkan, diperbaharui ,
bahkan diubah untuk dapat memahami tanyangan pemikiran dari luar. Proses ini disebut
adap[tasi
pikiran.
b. Teori Pengetahuan Piaget
Teori
pengetahuan Piaget
adalah teori adaptasi kognitif. Dalam pembentukan
pengetahuan , Piaget membedakan
tiga macam pengetahuan, yakni
1)
Pengetahuan fisis adalah pengetahuanakan sifat-sifat
fisis suatu
objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana
objek itu berinteraksi dengan yang lain.
2)
Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang
dibentuk
dengan berpikir tentang pengalaman akan
suatu objek atau kejadian
tertentu
3)
Pengetahuan
sosial adalah
pengetahuan
yang didapat dari
kelompok budaya dan sosial yang
menyetujui sesuatu
secara bersama.
3.
Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme Piaget menjelaskan
bahwa pengetahuan
seseorang adalah bentukan (bentukan) orang itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan slkema yang tslah
dimiliki dalam berhadapan
dengan
tantangan,
dengan rangsangan
atau
persoalan.
Teori Piaget seringkali disebut konstruktivisme personal karena lebih
menekankan pada keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksikan pengetahuannya.
Terlebih
lagi karena Piaget banyak mengadakan
penelitian
pada proses seorang anak dalam belajar dan membangun pengetahuannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar