Konstruksi merupakan
suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah
bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga
dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area
atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek
keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur.
A. Lingkungan
pekerja
Program
kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh
pihak kontraktor. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para pekerja secara material, karena pekerja akan lebih jarang
absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara
keseluruhan pekerja akan mampu bekerja lebih lama. Kesehatan kerja menunjukkan
pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor
dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan,
lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Kesehatan kerja
diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat
kesehatan kerja setinggi-tingginya.
Dalam
bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja. Adapun
usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
1.
Mengatur
suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan
yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan.
2.
Mencegah dan
memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
3.
Memelihara
kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.
Perusahaan konstruksi memperhatikan kesehatan pekerja untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi perusahaan konstruksi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi.
Perusahaan konstruksi memperhatikan kesehatan pekerja untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi perusahaan konstruksi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi.
Sebab yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerjanya yaitu :
a.
Keadaan Tempat
Lingkungan Kerja
-
Penyusunan dan
penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.
-
Ruang kerja yang
terlalu padat dan sesak.
-
Pembuangan
kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
-
Pengaturan Udara
-
Pergantian udara
diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau
tidak enak).
-
Suhu
udara yang tidak dikondisikan pengaturannya
b.
Pengaturan
Penerangan
-
Pengaturan dan
penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
-
Ruang kerja yang
kurang cahaya, remang-remang.
c.
Pemakaian Peralatan
Kerja
-
Pengaman
peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
-
Penggunaan
mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
d.
Kondisi Fisik
dan Mental Pekerja
-
Kerusakan alat
indera, stamina pegawai yang usang atau rusak.
-
Emosi
pekerja yang tidak stabil, kepribadian pekerja yang rapuh, cara berfikir dan
kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pekerja yang
ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja
terutama fasilitas kerja yang membawa resiko.
Tak
hanya itu, kesehatan kerja dalam konteks ini berkaitan dengan masalah
pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan
jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain.
B. Lingkungan
sekitar
1.
Dampak pembersihan lahan
Terganggunya ekosistem di lahan
yang disebabkan oleh penebangan pohon-pohon di lingkungan lahan tersebut. Yang
kemudian mengharuskan pohon yang sudah ditebang harus dibakar. Asap dari
pembakaran inilah yang dapat menimbulkan dampak perubahan lingkungan yakni
polusi udara.
2.
Penurunan
Kualitas Udara
Dampak
terhadap komponen kualitas udara berupa peningkatan emisi gas buang dan
pencemaran debu yang diakibatkan oleh pekerjaan tanah dan pengangkutan
material. Peningkatan emisi gas buang di timbulkan oleh adanya penambahan
lalulintas akibat bangkitan lalulintas kegiatan pembangunan rata-rata ± 689
kendaraan/hari untuk setiap ruas, sedang pencemaran debu ditimbulkan oleh
pengangkutan material dan penggusuran tanah berpontesi menimbulkan debu. Debu
timbul akibat kendaraan pengangkut tanah menjadi jalur lintasan kendaraan
kegiatan pembangunan.
Konsep
mitigasi untuk penanganan dampak dilakukan melalui pendekatan tekhnologi,
dengan arahan penanganan sebagai berikut:
a)
Melakukan penyiraman secara berkala
di lokasi kegiatan pembangunan untuk mengurang hamburan debu.
b)
Para pekerja menggunakan penutup
hidung (masker)
c)
Menutup bak truk pengangkut material
dengan terpal atau kanvas
d)
Memeliahara peralatan dan kendaraan
kegiatan pembangunan untuk mengurangi pencemaran dari emisi gas buang.
3.
Tahap
kontruksi proyek tentunya akan menyisakan tumpukan sampah. Tumpukan sampah pada
tahap kontruksi adalah berupa sampah anorganik seperti kaleng bekas, karung
semen, potongan besi, plastik, dan lain-lain. Sampah anorganik merupakan
jenis sampah yang sulit atau tidak dapat terurai oleh bakteri. Selain merusak
pandangan dan mengurangi estetika, penumpukan sampah ini juga akan
menyebabkan munculnya berbagai jenis agent atau sumber penyakit yang dapat
menurunkan derajat kesehatan di lingkungan sekitar.
4.
Pembangunan
secara otomatis akan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian sekaligus area
penghijauan yang berpengaruh terhadap kualitas udara mengingat bahwa tumbuhan
merupakan penghasil gas yang paling dibutuhkan manusia dan hewan yaitu oksigen.
Selain itu, berkurangnya lahan pepohonan juga akan mengurangi absorbsi air ke
dalam tanah sehingga kuantitas dan kualitas air tanah juga menurun.
5.
Meningkatkan Kebisingan
Sumber
dampak meningkatnya kebisingan adalah kegiatan pengoperasian base camp, pekerjaan tanah dan pekerjaan
struktur bangunan bawah kebisingan berupa peningkatan suara alat berat pada
tahap konstruksi, alat berat ini digunakan pada pekerjaan tanah dan pemancangan
tiang pondasi. Pada pengoperasian Base
Camp, kebisingan terjadi akibat mobilisasi, demobilisasi alat berat serta
pemeliharaan alat berat base camp.
Konsep
mitigasi untuk penanganan dampak dilakukan melalui pendekatan teknologi, dengan
arahan penanganan sebagai berikut:
a)
Pengaturan pekerjaan yang menimbulkan
kebisingan tinggi (pemancangan tiang pancang fondasi) dilakukan antara pukul
08.00 – 17.00.
b)
Menggunakan peralatan dan kendaraan
angkutan yang kondisinya masih baik (tidak menimbulkan kebisingan yang tinggi).
c)
Para pekerja menggunakan earplug untuk menghindari ketulian
sesaat
d)
Memasang pagar pembatas dengan seng
setinggi 3 m atau bahan sejenisnya.
e)
Mengoperasikan peralatan yang
menimbulkan kebisingan jauh dari pemukiman dan fasilitas umum
f)
Untuk konstruksi pondasi menggunakan
pondasi langsung, sumuran atau bored pile
sesuai kedalaman tanah kerasnya.
6.
Gangguan Getaran
Dampak
gangguan getaran terjadi pada tahap konstruksi. Getaran ini di akibatkan oleh
pekerjaan pemancangan. Getaran ini bisa menimbulkan retak atau robohnya dinding
bangunan serta menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat disekitarnya. Dampak bisa
merembet ke komponen sosial ekonomi dan kessehatan masyarakat.
Konsep
mitigasi untuk penangan dampak dilakukan melalui pendekatan teknologi yaitu:
a)
Pada daerah yang rawan terhadap
getaran, pelaksanaan tiang pancang, diusahaka dengan menggunakan bored pile khususnya di lokasi pemukiman
padat.
b)
Pada saat disain konstruksi jalan
perlu disain stuktur yang mempertimbangkan masalah getaran.
7.
Meningkatkan penderita ISPA
Dampak
penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diakibatkan oleh banyaknya
polutan debu di udara akibat adanya pekerjaan konstruksi.
Komponen
kegiatan yang memberikan konstribusi terhadap timbulnya dampak penting ini
adalah kegiatan pengangkutan material dan pekerjaan tanah baik galian maupun
timbunan tanah. Penyakit ISPA bisa terjadi sepanjang masa konstruksi khususnya
pada kegiatan angkutan material lebih kurang selama 18 bulan. Dampak ini bisa
merembet ke komponen lingkungan lain yaitu komponen social.
Alternatif
upaya mitigasi yang dapat dilakukan adalah:
a) Melakukan penyiraman secara berkala
di lokasi kegiatan pembangunan untuk mengurangi hamburan debu yang menjadi
penyebab utama penyakit ISPA
b) Para Pekerja menggunakan penutup
hidung (masker) untuk mencegah
masuknya debu ke saluran pernapasan.
c) Menutup bak truk kendaraan
pengangkut material dengan terpal atau kanvas untuk mencegah debu berhamburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar