A.
Pengertian
Belajar
Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya
psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti
belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun
diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai
proses perubahan manusia itu.
Pengertian belajar menurut James Owhittaker adalah “Learning
is the process by wich behavior (in the broader sense originated of changer
through practice or training)”, artinya Belajar adalah proses dimana
tingkah laku (dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan).
Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi
Belajar” pengertian belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja dengan
guru atau tanpa guru, dengan bantuan orang lain, atau tanpa dibantu dengan
siapapun. Belajar juga diartikan sebagai usaha untuk membentuk hubungan antara
perangsang atau reaksi.
Menurut para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup
sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai
belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh
besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.
B.
Faktor
yang Mempengaruhi Belajar
1.
Faktor
Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi
dua macam.
1) Keadaan jasmani. Keadaan jasmani
pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal.
2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
b. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang
yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap,
bakat, konsentersi, percaya diri, kebiasaan dan cita-cita.
1) Kecerdasan/intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi
kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses,
sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Setiap calon guru dan guru
profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelijensi siswa , baik
yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline,
lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Disatu sisi
siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari
sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatny dia
enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa
dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah
mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu
sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami
rekannya yang luar biasa positif.
Para ahli membagi tingkatan IQ
bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes
Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:
-
Kelompok
kecerdasan amat superior yaitu antara IQ 140–169
-
Kelompok
kecerdasan superior yaitu antara IQ 120–139
-
Kelompok
rata-rata tinggi (high average) yaitu antara IQ 110–119
-
Kelompok
rata-rata (average) yaitu antara IQ 90–109
-
Kelompok
rata-rata rendah (low average) yaitu antara IQ 80–89
-
Kelompok
batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70–79
-
Kelompok
kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20–69, yang
termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, dan idiot.
2) Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis
dan psikologis yang terdapat dala diri seseorang yang mendorong untuk melakukan
aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan (kebutuhan).
Sedangkan motivasi dalam belajar
menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan
belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik
mungkin.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi
menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak
hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam
proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen, yang
termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
-
Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
-
Adanya
sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
-
Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
-
Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna baginya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor
yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan
untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua,
danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan
mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
3) Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang
berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni: (1) Menerima kesan, (2) Menyimpan
kesan, dan (3) Memproduksi kesan
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah,
istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima,
menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral
peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu
mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang
digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga
kesannya akan lebih dalam pada siwa.
Di samping itu, pengembangan teknik
pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi
siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau
urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat
nama-nama kunci nada G (gudeg), D (dan), A (ayam), B (bebek) dan sebagainya.
4) Minat
Minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi
berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu
diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang
dan dari situlah diperoleh kepuasan.
Secara sederhana, minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia
akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar
tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain:
a)
Dengan
membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,
baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar.
b)
Pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau
bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
5) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu
dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif.
Sikap juga merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian.
Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima,
menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun
demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar
tersebut.
6) Bakat
Faktor psikologis lain yang
mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan
kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau
kemampuan tertentu.
Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap
orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan
sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat
yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena
belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang
dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
7) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut
tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat
perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi
belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.
Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga
puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat
selingan beberapa menit.
8) Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri timbul dari
keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa
percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses
belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan
diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil
menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan
selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
Hal yang sebaliknya pun dapat
terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya
diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi
takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan
rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara
terus-menerus, memberikan bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan
kepercayaan bagi siswa.
9) Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan
adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara
lain:
1)
Belajar pada akhir semester
2)
Belajar tidak teratur
3)
Menyia-nyiakan kesempatan belajar
4)
Bersekolah hanya untuk bergengsi
5)
Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
6)
Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
7)
Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut
dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan
sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut
disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri.
Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
10) Cita-cita Siswa
Pada umumnya, setiap anak memiliki
suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu merupakan motivasi instrinsik.
Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa
belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.
Cita-cita sebagai motivasi
instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita-cita harus dimulai sejak
sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita – cita
sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri
siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya berpangkal
dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin
sulit.
Dengan mengaitkan pemilikan
cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani
bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
2.
Faktor
Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen,
faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal
ini, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
a.
Lingkungan
Sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa
dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan
sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik
ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
1)
Lingkungan
sosial sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi
belajar meliputi :
a. Metode mengajar.
Metode mengajar adalah cara yang
harus dilalui di dalam mengajar. Dalam megajar, cara-cara mengajar dan serta
cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.
Guru harus berani mencoba metode-metode baru yang dapat membantu meningkatkan
kegiatan belajar mengajardan menungkatkan motivasi belajar siswa.
b. Kurikulum.
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan
yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan
bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran tersebut. Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar
siswa.
c. Relasi guru dengan siswa.
Guru yang kurang mendekati siswa dan
kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling
bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan
masing-masing siswa tidak tampak. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang
menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa, agar dapat memberikan
pengaruh positif terhadap belajar siswa.
d. Disiplin sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat
hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.
Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan
pegawai serta kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta
siswa-siswanya. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja
dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu juga memberikan
pengaruh positif terhadap belajarnya.
e. Alat pelajaran.
Alat pelajaran erat hubungannya
dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada
waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima dan menguasai
pelajaran maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
f. Waktu sekolah.
Waktu sekolah adalah waktu
terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi
belajar siswa. Waktu belajar pagi hari adalah waktu yang baik karena pikiran
masih segar dan jasmani dalam kondisi baik. Sedangkan waktu sore hari kurang
baik karena sore hari adalah waktu dimana siswa beristirahat, tetapi terpaksa
masuk sekolah. akibatnya siswa menerima pelajaran sambil mengantuk. Jadi
memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh positif terhadap
belajar siswa.
g. Standar pelajaran di atas ukuran.
Perkembangan psikis dan kepribadian
siswa berbeda-beda sehingga membuat penguasaan siswa terhadap materi juga
berbeda pula. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan
kemampuan siswa masing-masing.Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat
dicapai.
h. Keaadan gedung.
Dengan jumlah siswa yang banyak
serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung yang
memadai dalam setiap kelas. Dengan kondisi gedung yang baik akan membuat siswa
belajar dengan enak dan nyaman.
i.
Metode
belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara
belajar yang salah. Oleh karena itu guru perlu memberikan bimbingan dan
pembinaan agar siswa dapat mengatur waktu dengan baik dan memilih cara belajar
yang tepat. Dengan demikian siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
j.
Tugas
rumah.
Waktu belajar bagi siswa selain
disekolah juga di rumah. Tetapi guru hendaknya tidak memberikan tugas rumah
terlalu banyak karena ada kegiatan lain selain belajar yang juga harus
dikerjakan anak-anak
2)
Lingkungan
sosial masyarakat.
Masyarakat merupakan faktor eksternal
yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa
berada dalam masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu :
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat.
Kegiatan siswa dalam masyarakat
dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa
mengambil bagian terlalu banyak akan mengganggu belajarnya. Oleh karena itu
kegiatan siswa dalam masyarakat perlu dibatasi agar tidak mengganggu
belajarnya.
b. Mass media (Media Masa).
Yang termasuk mass media antara lain
bioskop, radio, TV dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang
baik terhadap siswa dan belajarnya . Tetapi mass media juga bisa memberikan
pengaruh yang buruk terhadap siswa. Oleh sebab itu siswa perlu mendapat
bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Teman bergaul.
Pengaruh dari teman bergaul siswa
lebih cepat masuk kedalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang
baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman
bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat jelek pula. Agar siswa
dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar mereka memiliki teman
bergaul yang baik. Selain itu juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari
orang tua dan pendidik.
d. Bentuk kehidupan masyarakat.
Lingkungan di sekitar siswa juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang
yang tidak terpelajar, penjudi dan orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak
baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa yang ada disitu
3)
Lingkungan
sosial keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya
besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh
Sutjipto Wirwidjodjo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa : keluarga
adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar
artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.
Melihat pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan
keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya.
Orang tua yang kurang/tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap
belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan
dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya,
tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah
anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan anaknya,
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-lain, dapat
menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri
sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya
kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya
dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai/hasil belajarnya
tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada
anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan
mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya.
Mendidik anak dengan cara
memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu
kasihan terhadap anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan
membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan adalah tidak
benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut-laru anak menjadi nakal, berbuat
seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara
memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk
belajar, adalah cara mendidik yang juga salah. Dengan demikian anak tersebut
diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan
itu semakin serius anak mengalami gangguan kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan
tersebut. Orang tua yang seperti itu biasanya menginginkan anaknya mencapai
prestasi yang sangat baik, atau mereka mengetahui anaknya bodoh tapi tidak tahu
apa yang menyebabkan sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi/mengejar
kekurangannya. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang
penting, anak/siswa yang mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong
dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja
keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan
tersebut.
b. Relasi Antaranggota Keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang
terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak
dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi
belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih
sayang dan pengertian, ataukah diliputi kebencian, sikap yang terlalu keras
ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Begitu juga jika relasi anak dengan
saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak baik, akan dapat
menimbulkan problem yang sejenis.
Sebetulnya reaksi antaranggota
keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Uraian cara orang
tua mendidik di atas menunjukkan relasi yang tidak baik. Relasi semacam itu
akan menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya terganggu dan bahkan
dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis yang lain.
Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak perlu diusahakan relas yang baik di dalam keluarga anak
tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan
kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk
mensukseskan belajar anak sendiri.
c. Suasana rumah.
Suasana
rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam
keluarga dimana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang, ribut dan sering
terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah,
akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam rumah yang tentram
anak akan dapat belajar dengan baik.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Keadaan
ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar
selain harus terpenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan pakaian juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, buku, pensil dan
lain-lainnya. Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki
cukup uang.
e. Pengertian orang tua.
Anak
yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar
hendaknya tidak diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Terkadang anak juga
mengalami lemah semangat sehingga orang tua wajib memberi pengertian dan
dorongan.
f. Latar belakang kebudayaan.
Tingkat
pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam
belajar. Oleh karena itu perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada
anak agar anak semangat dalam belajar.
b.
Lingkungan
non Sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
1)
Lingkungan
alamiah
Adalah
lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal
ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak
didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari
kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari,
selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas.
Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar
dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.
2)
Faktor
instrumental
Yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
3)
Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan
metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena
itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas
belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar